Sabtu, 04 April 2009

D@R! eM@!L....Tentang kehidupan...

KEYS TO LOVE....

The key to love is understanding...
the ability to comprehend not only the spoken word,
but those unspoken gestures,
the little things that say so much by themselves...

The key to love is forgiveness...
to accept each other's faults and pardon mistakes,
without forgetting - but with remembering what you learn from them...

The key to love is trust...
though dark doubts lie in hollowed thoughts,
it must shine brightly on with reassuring radiance
that suppresses fear with faith...

The key to love is sharing...
facing your good fortunes as well as the bad, together
both conquering problems - forever searching for ways
to intensify your happiness...

The key to love is giving...
without thought of return,
but with the hope of just a simple smile and by giving in,
but never up...

The key to love is respect...
realizing that you are two separate people with different ideas,
that you don't belong to each other,
but that you belong with each other and share a mutual bond...

The key to love is inside us all...
it takes time and patience to unlock all the ingredients
that will take you to its threshold,
it is a continual learning process that demands a lot of work...
but the rewards are more than worth the effort...

Jumat, 03 April 2009

D@R! eM@!L....Tentang kehidupan...


BERSYUKURLAH

Jika populasi bumi (th 2002) berkurang hingga menjadi sebuah desa dengan
hanya 100 orang penduduk, seperti apakah profil desa kecil
yang beragam ini, jika seluruh perhitungan rasio kependudukan
dianggap masih berlaku ?

Philip M.Hartner, MD dari Fakultas Kedokteran Stanford University
Amerika Serikat, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan ini.

Berdasarkan analisanya, desa kecil bumi akan terdiri dari :
57 orang Asia
21 orang Eropa
14 orang berasal dari belahan bumi sebelah barat
8 orang Afrika

52 perempuan
48 laki-laki

80 bukan kulit putih
20 kulit putih

89 heteroseksual
11 homoseksual

6 orang memiliki 59% dari seluruh kekayaan bumi, dan keenam
orang tersebut seluruhnya berasal dari Amerika Serikat.
80 orang tinggal di rumah-rumah yang tidak menenuhi standard
70 orang tidak dapat membaca
50 orang menderita kekurangan gizi
1 orang hampir meninggal
1 orang sedang hamil
1 orang memiliki latar belakang perguruan tinggi
1 orang memiliki komputer

Marilah kita merenungkan analisa Hartner dan mulai dari hal-hal
sebagai berikut :

* Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki banyak makanan
dan dapat membaca, anda adalah bagian dari kelompok terpilih.

* Jika anda memiliki rumah yang baik, makanan, dapat membaca
dan memiliki komputer, anda bagian dari kelompok elit.

* Jika anda bangun pagi ini dan merasa sehat, anda lebih
beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat
bertahan hidup minggu ini.

* Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian
karena dipenjara, kesakitan karena penyiksanaan, atau kelaparan,
anda berada selangkah lebih maju dibandingkan 500 juta orang
di dunia.

* Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan
tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa, atau
mati, anda beruntung, karena lebih dari 3 milyar orang di
dunia tidak dapat melakukannya.

* Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju
di lemari pakaian, dan memiliki atap yang menaungi tempat anda
beristirahat, anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini.

* Jika anda memiliki uang di bank, di dompet, dan mampu
membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di
restoran, anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-
orang kaya di dunia.

* Jika orang tua anda masih hidup dan menikmat bahagianya
kehidupan pernikahan mereka, maka anda termasuk salah satu
dari kelompok orang yang dikategorikan langka, terutama di
Amerika Serikat.

* Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir
dan merasa benar-benar bahagia, anda memiliki keistimewaan
tersendiri, karena sebagian besar orang tidak memperoleh
kenikmatan tersebut.

* Jika anda dapat membaca pesan ini, anda baru saja menerima
karunia ganda, karena seseorang memikirkan anda, dan anda
jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 2 milyar orang
yang tidak dapat membaca sama sekali.

Semoga anda menikmati hari yang indah ini. Hitunglah karunia
keberuntungan anda, dan sampaikan hal ini kepada orang lain
untuk mengingatkan bahwa sebenarnya, kita adalah orang-orang
yang sangat beruntung.

D@R! eM@!L....Tentang kehidupan...

Cinta yg tak pernah padam selama 60 tahun

Ketika aku berjalan kaki pulang ke rumah di suatu hari yang dingin, kakiku
tersandung sebuah dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahuan
pemiliknya. Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-kalau aku bisa
menghubungi pemiliknya. Tapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah tiga
Dollar dan selembar surat kusut yang sepertinya sudah bertahun-tahun
tersimpan di dalamnya. Satu-satunya yang tertera pada amplop surat itu
adalah alamat si pengirim. Aku membuka isinya sambil berharap bisa
menemukan
petunjuk.

Lalu aku baca tahun "1924". Ternyata surat itu ditulis lebih dari 60 tahun
yang lalu. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas
kertas biru lembut yang berhiaskan bunga-bunga kecil di sudut kirinya.
Tertulis di sana, "Sayangku Michael", yang menunjukkan kepada siapa surat
itu ditulis yang ternyata bernama Michael. Penulis surat itu menyatakan
bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya lagi karena ibu telah melarangnya.
Tapi, meski begitu ia masih tetap mencintainya. Surat itu ditandatangani
oleh Hannah. Surat itu begitu indah.

Tetapi tetap saja aku tidak bisa menemukan siapa nama pemilik dompet itu.
Mungkin bila aku menelepon bagian penerangan mereka bisa memberitahu nomor
telepon alamat yang ada pada amplop itu.
"Operator," kataku pada bagian peneragan, "Saya mempunyai permintaan yang
agak tidak biasa. sedang berusaha mencari tahu pemiliki dompet yang saya
temukan di jalan. Barangkali anda bisa membantu saya memberikan nomor
telepon atas alamat yang ada pada surat yang saya temukan dalam dompet
tersebut?"

Operator itu menyarankan agar aku berbicara dengan atasannya, yang
tampaknya
tidak begitu suka dengan pekerjaan tambahan ini. Kemudian ia berkata, "Kami
mempunyai nomor telepon alamat tersebut, namun kami tidak bisa
memberitahukannya pada anda." Demi kesopanan, katanya, ia akan menghubungi
nomor tersebut, menjelaskan apa yang saya temukan dan menanyakan apakah
mereka berkenan untuk berbicara denganku. Aku menunggu beberapa menit.

Tak berapa lama ia menghubungiku, katanya, "Ada orang yang ingin berbicara
dengan anda." Lalu aku tanyakan pada wanita yang ada di ujung telepon sana,
apakah ia
mengetahui seseorang bernama Hannah.
Ia menarik nafas, "Oh, kami membeli rumah ini dari keluarga yang memiliki
anak perempuan bernama Hannah. Tapi, itu 30 tahun yang lalu!"
"Apakah anda tahu dimana keluarga itu berada sekarang?" tanyaku.
"Yang aku ingat, Hannah telah menitipkan ibunya di sebuah panti jompo
beberapa tahun lalu," kata wanita itu. "Mungkin, bila anda menghubunginya
mereka bisa mencaritahu dimana anak mereka, Hannah, berada."
Lalu ia memberiku nama panti jompo tersebut. Ketika aku menelepon ke sana,
mereka mengatakan bahwa wanita, ibu Hannah, yang aku maksud sudah lama
meninggal dunia. Tapi mereka masih menyimpan nomor telepon rumah dimana
anak wanita itu tinggal. Aku mengucapkan terima kasih dan menelepon nomor
yang mereka berikan. Kemudian, di ujung telepon sana, seorang wanita
mengatakan bahwa Hannah sekarang tinggal di sebuah panti jompo.

"Semua ini tampaknya konyol," kataku pada diriku sendiri. Mengapa pula aku
mau repot-repot menemukan pemilik dompet yang hanya berisi tiga Dollar dan
surat yang ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu?
Tapi, bagaimana pun aku menelepon panti jompo tempat Hannah sekarang
berada.
Seorang pria yang menerima teleponku mengatakan, "Ya, Hannah memang tinggal
bersama kami."
Meski waktu itu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku meminta agar bisa
menemui Hannah.
"Ok," kata pria itu agak bersungut-sungut, "bila anda mau, mungkin ia
sekarang sedang menonton TV di ruang tengah."

Aku mengucapkan terima kasih dan segera berkendara ke panti jompo tersebut.
Gedung panti jompo itu sangat besar. Penjaga dan perawat yang berdinas
malam
menyambutku di pintu. Lalu, kami naik ke lantai tiga. Di ruang tengah,
perawat itu memperkenalkan aku dengan Hannah. Ia tampak manis, rambut
ubannya keperak-perakan, senyumnya hangat dan matanya bersinar-sinar. Aku
menceritakan padanya mengenai dompet yang aku temukan. Aku pun menunjukkan
padanya surat yang ditulisnya. Ketika ia melihat amplop surat berwarna biru
lembut dengan bunga-bunga kecil di sudut kiri, ia menarik nafas dalam-dalam
dan berkata, "Anak muda, surat ini adalah hubunganku yang terakhir dengan
Michael." Matanya memandang jauh, merenung dalam-dalam. Katanya dengan
lembut, "Aku amat-amat mencintainya. Saat itu aku baru
berusia 16 tahun, dan ibuku menganggap aku masih terlalu kecil. Oh, Ia
sangat tampan. Ia seperti Sean Connery, si aktor itu." "Ya," lanjutnya.
Michael Goldstein adalah pria yang luar biasa. "Bila kau bertemu dengannya,
katakan bahwa aku selalu memikirkannya, Dan,......."
Ia ragu untuk melanjutkan, sambil menggigit bibir ia berkata,
"......katakan, aku masih mencintainya. Tahukah kau, anak muda," katanya
sambil tersenyum. Kini air matanya mengalir, "aku tidak pernah menikah
selama ini. Aku pikir, tak ada seorang pun yang bisa menyamai Michael."
Aku berterima kasih pada Hannah dan mengucapkan selamat tinggal. Aku
menuruni tangga ke lantai bawah. Ketika melangkah keluar pintu, penjaga di
sana menyapa, "Apakah wanita tua itu bisa membantu anda?"
Aku sampaikan bahwa Hannah hanya memberikan sebuah petunjuk, "Aku hanya
mendapatkan nama belakang pemilik dompet ini. Aku pikir, aku biarkan
sajalah
dompet ini untuk sejenak. Aku sudah menghabiskan hampir seluruh
hariku untuk menemukan pemilik dompet ini."
Aku keluarkan dompet itu, dompat kulit dengan benang merah disisi-sisinya.
Ketika penjaga itu melihatnya, ia berseru, "Hei, tunggu dulu. Itu adalah
dompet Pak Goldstein! Aku tahu persis dompet dengan benang merah terang
itu.
Ia selalu kehilangan dompet itu. Aku sendiri pernah menemukannya dompet itu
tiga kali di dalam gedung ini."

"Siapakah Pak Goldstein itu?" tanyaku. Tanganku mulai gemetar. "Ia adalah
penghuni lama gedung ini. Ia tinggal di lantai delapan. Aku tahu pasti, itu
adalah dompet Mike Goldstein. Ia pasti menjatuhkannya ketika sedang
berjalan-jalan di luar."
Aku berterima kasih pada penjaga itu dan segera lari ke kantor perawat. Aku
ceritakan pada perawat di sana apa yang telah dikatakan oleh si penjaga.
Lalu, kami kembali ke tangga dan bergegas ke lantai delapan. Aku berharap
Pak Goldstein masih belum tertidur. Ketika sampai di lantai delapan,
perawat
berkata, "Aku pikir ia masih berada di ruang tengah. Ia suka membaca di
malam hari. Ia adalah Pak tua yang menyenangkan."
Kami menuju ke satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala. Di sana
duduklah seorang pria membaca buku.
Perawat mendekati pria itu dan menanyakan apakah ia telah kehilangan
dompet.
Pak Goldstein memandang dengan terkejut. Ia lalu meraba saku belakangnya
dan
berkata, "Oh ya, dompetku hilang!" Perawat itu berkata, "Tuan muda yang
baik
ini telah menemukan sebuah
dompet. Mungkin dompet anda?"
Aku menyerahkan dompet itu pada Pak Goldstein.
Ia tersenyum gembira. Katanya, "Ya, ini dompetku! Pasti terjatuh tadi sore.
Aku akan memberimu hadiah."
"Ah tak usah," kataku. "Tapi aku harus menceritakan sesuatu pada anda. Aku
telah membaca surat yang ada di dalam dompet itu dengan harap aku
mengetahui
siapakah pemilik dompet ini."

Senyumnya langsung menghilang. "Kamu membaca surat ini?"
"Bukan hanya membaca, aku kira aku tahu dimana Hannah sekarang." Wajahnya
tiba-tiba pucat. "Hannah? Kau tahu dimana ia sekarang? Bagaimana kabarnya?
Apakah ia masih secantik dulu? Katakan, katakan padaku," ia memohon.
"Ia baik-baik saja, dan masih tetap secantik seperti saat anda
mengenalnya,"
kataku lembut. Lelaki tua itu tersenyum dan meminta, "Maukah anda
mengatakan
padaku dimana ia sekarang? Aku akan meneleponnya esok." Ia menggenggam
tanganku, "Tahukah kau anak muda, aku masih mencintainya. Dan saat surat
itu
datang hidupku terasa berhenti. Aku belum pernah menikah, aku selalu
mencintainya."

"Michael," kataku, "Ayo ikuti aku." Lalu kami menuruni tangga ke lantai
tiga. Lorong-lorong gedung itu sudah gelap. Hanya satu atau dua lampu kecil
menyala menerangi jalan kami menuju ruang tengah di mana Hannah masih duduk
sendiri menonton TV. Perawat mendekatinya perlahan.

"Hannah," kata perawat itu lembut. Ia menunjuk ke arah Michael yang sedang
berdiri di sampingku di pintu masuk.
"Apakah anda tahu pria ini?" Hannah membetulkan kacamatanya, melihat
sejenak, dan terdiam tidak
mengucapkan sepatah katapun.
Michael berkata pelan, hampir-hampir berbisik, "Hannah, ini aku, Michael.
Apakah kau masih ingat padaku?"
Hannah gemetar, "Michael! Aku tak percaya. Michael! Kau! Michaelku!"
Michael
berjalan perlahan ke arah Hannah. Mereka lalu berpelukan.
Perawat dan aku meninggalkan mereka dengan air mata menitik di wajah kami.
"Lihatlah," kataku. "Lihatlah, bagaimana Tuhan berkehendak. Bila Ia
berkehendak, maka jadilah."

Sekitar tiga minggu kemudian, di kantor aku mendapat telepon dari rumah
panti jompo itu.
"Apakah anda berkenan untuk hadir di sebuah pesta perkawinan di hari Minggu
mendatang? Michael dan Hannah akan menikah!" Dan pernikahan itu, pernikahan
yang indah. Semua orang di panti jompo itu mengenakan pakaian terbaik
mereka
untuk ikut merayakan pesta.
Hannah mengenakan pakaian abu-abu terang dan tampak cantik. Sedangkan
Michael mengenakan jas hitam dan berdiri tegak. Mereka menjadikan aku
sebagai wali mereka.
Rumah panti jompo memberi hadiah kamar bagi mereka.

Dan bila anda ingin melihat bagaimana sepasang pengantin berusia 76 dan 79
tahun bertingkah seperti anak remaja, anda harus melihat pernikahan
pasangan
ini. Akhir yang sempurna dari sebuah hubungan cinta yang tak pernah padam
selama 60 tahun.

D@R! eM@!L....Tentang kehidupan...

KEYS TO LOVE...


The key to love is understanding...
the ability to comprehend not only the spoken word,
but those unspoken gestures,
the little things that say so much by themselves...

The key to love is forgiveness...
to accept each other's faults and pardon mistakes,
without forgetting - but with remembering what you learn from them...

The key to love is trust...
though dark doubts lie in hollowed thoughts,
it must shine brightly on with reassuring radiance
that suppresses fear with faith...

The key to love is sharing...
facing your good fortunes as well as the bad, together
both conquering problems - forever searching for ways
to intensify your happiness...

The key to love is giving...
without thought of return,
but with the hope of just a simple smile and by giving in,
but never up...

The key to love is respect...
realizing that you are two separate people with different ideas,
that you don't belong to each other,
but that you belong with each other and share a mutual bond...

The key to love is inside us all...
it takes time and patience to unlock all the ingredients
that will take you to its threshold,
it is a continual learning process that demands a lot of work...
but the rewards are more than worth the effort...

Kamis, 26 Maret 2009

D@R! eM@!L....Tentang kehidupan...


SEMANGAT!!!!!

Ketika Firman mendengar bahawa dia diterima di salah satu perusahaan besar di Jakarta, dia bagaikan kejatuhan bulan.
Semangatnya tinggi menggebu-gebu. Kepada semua orang dia menceritakan hal ini. Sungguh hal yang luar biasa baginya.

Tadinya dia merasa kecil melihat begitu banyaknya saingan yang
mengikuti seleksi penerimaan karyawan. Mereka semua tampaknya hebat dan banyak yang sudah berpengalaman kerja lebih dari lima tahun,sedangkan Firman baru memiliki pengalaman setahun lebih.

Hari pertama masuk kerja, dia datang 40 menit lebih awal. Luar biasa! Dia akan mulai bekerja di bagian personalia. Mulailah
Firman meniti karirnya. Minggu kedua, kantor mengadakan acara rapat kerja bagian personalia yang diadakan tiap tiga bulan.

Setiap tiga bulan bagian personalia harus melakukan proses penerimaan karyawan baru, karena pertukaran karyawan sangat
tinggi terutama di bagian penjualan. Proses ini meliputi pemasangan iklan, proses seleksi calon karyawan secara tertulis, wawancara kerja, evaluasi, penerimaan,proses pendidikan karyawan baru dan sebagainya.

Firman mulai bekerja sekitar pukul tujuh tiga puluh dan selesai pukul delapan malam, tapi rasanya pekerjaannya tidak pernah
selesai. Bulan kedua bekerja dia jatuh sakit selama dua hari.

Bulan ketiga dia hampir sakit lagi, untung tidak parah. Bulan kelima dia sudah merasa kelelahan. Firman merasa sudah
bekerja mati-matian tapi hasilnya tidak ada. Sia-sia. Dia pun mulai putus asa. Dalam keadaan seperti itu dia kemudian ingat Indra. Indra adalah temannya sejak kecil. Waktu kecil Indra sangat gemuk sehingga tidak bisa lari cepat. Ketika remaja, Indra masih sangat gemuk dan semakin tidak kuat berlari.

Suatu hari Indra ditantang oleh guru olahraganya untuk mengikuti grup lari marathon karena mereka masih kekurangan orang.Semua orang mencegah Indra, semua orang mengatakan bahwa dia bukan calon pelari marathon yang baik.

Tapi Indra merasa tertantang. Dia ingin membuktikan bahwa pandangan teman-temannya salah. Dia senang dan bersemangat
mengikuti latihan. Apalagi guru olahraganya bersedia memberikan latihan tambahan khusus untuk membantunya. Indra mulai menjalani latihan. Ternyata tidak mudah. Dia harus berlatih setiap pagi sebelum sekolah dan malam hari. Pertama kali latihan lari seluruh badannya sakit dan keesokan harinya hampir tidak bisa berjalan. Untuk jalan sakit, duduk sakit, bergerak sedikit sakit.
Benar-benar menderita.

Tapi setelah beberapa bulan Indra tidak lagi seperti itu. Ototnya mulai semakin kuat. Napasnya semakin panjang. Lemak ditubuhnya juga berkurang jauh. Empat setengah tahun kemudian dia menjadi pelari marathon yang tangguh.

Mulai menikmati

Semangat Firman yang mulai kendor segera meningkat lagi ketika dia ingat tentang perjuangan Indra. Segera dia menetapkan
hatinya lagi untuk melatih dirinya. Dia sadar bahwa tujuannya bekerja adalah untuk meniti karir, bukan untuk santai atau bekerja malas-malasan.Berbulan-bulan dia membiasakan dirinya untuk tetap mulai bekerja pukul tujuh tiga puluh pagi dan pulang pukul delapan malam.Dia tidak main-main dengan waktu. Orang lain pulang malam karena menunggu agar jalanan tidak macet lagi sehingga mereka menunggu sambil ngrumpi, atau bergosip.

Tapi Firman pulang malam karena bekerja. Lama kelamaan
cara kerjanya tidak lagi terasa berat. Dia mulai menikmatinya. Semua orang menjulukinya sebagai setan kerja, tapi Firman tetap dengan kebiasaan kerjanya. Dia merasakan staminanya meningkat. Dia tidak sering sakit lagi seperti dulu.

Untunglah Indra membantu memberikan nasehat agar tidak
meninggalkan olah raga. Setiap Sabtu dan Minggu, Firman ikut Indra ke Gelora Senayan untuk ikut lari pagi. Memang sekarang Indra bukan lagi pelari marathon karena sudah bekerja. Tapi setiap pagi dia masih melakukan kebiasaannya lari pagi selama satu jam sebelum berangkat ke kantor.Dua bulan yang lalu Firman dipromosikan sebagai junior manager. Firman berniat tidak akan mengubah kebiasaan kerjanya. Dia ingin memberi contoh kepada semua orang terutama kepada karyawan baru bahwa bekerja lebih
giat pasti ada hasilnya. Bahkan sekarang sudah ada empat orang yang mulai mengikuti jejaknya dan dapat merasakan kepuasan bekerja mereka meningkat.

Firman berhasil membuktikan pada dirinya bahwa jika memiliki niat dan melakukannya, maka akan terasa lebih ringan dan lebih
mudah, dibandingkan dengan bekerja karena terpaksa.

Beberapa orang yang malas berkata bahwa meskipun rajin, toh gajinya tidak naik. Tapi Firman tidak mau menanggapinya. Dia
yakin bahwa jerih payahnya tidak akan sia-sia. Mungkin untuk suatu saat tertentu kelihatannya seakan-akan tidak ada gunanya, tapi dia memiliki pandangan bahwa kerajinannya tidak ditentukan oleh besarnya gaji. Dia rajin karena ingin rajin. Titik!

Firman tidak mau keadaan mengaturnya sehingga dia kehilangan kebiasaan baiknya. Tidak peduli apapun yang terjadi, apakah ada
atasan atau tidak, dia tetap rajin. Tidak peduli apakah ada
kenaikan gaji atau tidak,dia tetap rajin. Kerajinannya ditentukan oleh dirinya sendiri.

Be Professional! Work Because You Want To! Not Because
You Have To!

D@R! eM@!L....Tentang kehidupan...

Assalamualaikum Wr.Wb.
Ini q forwardkan kata2 mutiara. Semoga bermanfaat, terutama bagi siapa saja yg pernah mengalami kehilangan terhadap sesuatu hal yg amat disayanginya ataupun dicintainya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bagus nih buat bahan renungan ....



~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa uangku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa kekasihku hanya titipan Nya,

tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah ...
semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah ...
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"

(WS Rendra).

d@R! Em@iL...Tentang kehidupan....

Assalamu'alaikum Wr Wb

Insya Allah ini ada sebuah kisah yang menarik, semoga bermanfaat.
Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ketanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, kiai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

Kyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya

Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dinamakan takdir
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api,tentu tidak menyakitkan buat syetan Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.

Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?

Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3
buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit

Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya

Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !

Pemuda: Saya tidak bisa

Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak

Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?

Pemuda: Tidak

Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir

Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?

Pemuda: kulit

Kyai : Terbuat dari apa pipi anda?

Pemuda: kulit

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: sakit

Kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api,Jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan Menjadi tempat
menyakitkan untuk syeitan.

jazakumullah.

Wassalamu'alaikum Wr Wb